RESENSI BUKU
BUNGA RAMPAI LEPAS M. JUSUF KALLA
BUKU KE 2
KRISIS MEMBUAHKAN KEMAJUAN.
Buku tentang Jusuf Kalla telah banyak diterbitkan, dalam beberapa kesempatan
kita melihat muncul pemikiran-pemikiran Jusuf Kalla yang brilian dan spontan
namun sebenarnya sederhana dan pragmatis sehingga mudah diterapkan. Yang berbeda
dari buku "Krisis Membuahkan Kemajuan" yang merupakan kumpulan pidato tanpa
teks, Jusuf Kalla lebih nampak menunjukkan sifat dan karakter religiusnya,
disamping tidak bisa lepas dari jiwa enterpreneur, mencari untung dan menangkap
peluang (politik dan bisnis) dalam setiap kesempatan.
Sebagai saudagar kaya Jusuf Kalla memang seringkali nampak sedikit sombong,
namun tidak berarti merendahkan orang lain. Hitung-hitungan bisnisnya selalu
mengajarkan kemandirian, memberdayakan potensi yang ada dan mengajak agar jangan
malas, bahkan untuk bisa berhasil bangsa ini harus dipaksa untuk maju ( Hal. 13
alinea 3). Bangsa ini tidak boleh hanya ditentukan oleh keadaan, tidak bisa
ditentukan nasib dulu baru mengatur perencanaan. (Hal 14. Alinea 2) Jusuf Kalla
selalu ingin mengejar pertumbuhan ekonomi, kemandirian dan prestasi bangsa,
meskipun kadangkala Jusuf Kalla gagal menyusun skala prioritas, mana yang mesti
didahulukan, dalam arti secara konseptual Jusuf Kalla sebenarnya lemah.
Dalam kancah politik Jusuf Kalla dikenal sebagai orang yang konsisten meskipun
secara sarkastik Jusuf Kalla mengibaratkan langkah politik seperti membeli saham
saham, arahnya adalah keuntungan dan mencari kekuasaan sedangkan kesalahan
perhitungan politik disebut kecelakaan dan hara-kiri (Hal. 208). Keikutsertaan
Jusuf Kalla dalam konvensi GOLKAR juga dalam kerangka itu, ia begitu njlimet
"berhitung" dan ketika hitung-hitungannya ternyata tidak menguntungkan, maka
Jusuf Kalla memilih mundur dari konvensi Golkar dan meilih "berpeluk-pelukan"
dengan SBY (Hal. 211). Jusuf Kalla menghindar dari tuduhan oportunis dengan
mengatakan bahwa semua untuk kepentingan bangsa. (Hal. 213), jadi, entahlah
mana yang benar definisi oportunis itu.
Kepedulian sosial Jusuf Kalla ditunjukkan dengan berbagai kegiatan penanganan
bencana alam, penyerahan mobil ambulance bagi daerah-daerah terpencil menujukkan
"sensitifitas" Jusuf Kalla terhadap permasalahan penanganan korban bencana alam.
(Hal. 294). Dilain kesempatan, sikap sosial Jusuf Kalla ini tercermin bagaimana
ia secara arif menyikapi perbedaan waktu Sholat Iedul Fitri, yang menarik Jusuf
Kalla berpendapat bahwa lebaran merupakan aktivitas sosial yang luar biasa,
lebaran menimbulkan the most sure happiness, saat keluarga berkumpul dan
menjalin silaturahmi. (Hal. 298-301)
Jusuf Kalla seringkali membuat cerita-cerita berdasarkan pengalaman empiris yang
ia alami ataupun pengalaman orang lain yang dimaksudkan untuk memotivasi
audiens, lawan bicara ataupun rekan bisnisnya. Pada suatu kesempatan Jusuf Kalla
Jusuf Kalla tidak mau kalah berdebat, Jusuf Kalla selalu berusaha mempertahankan
pendapatnya, semata untuk menggali informasi dan pendapat orang lain, seperti di
contohkan dalam halaman 304 -307 bagimana Jusuf Kalla berdebat dengan seorang
pelayan kafe bernama Ahmed hanya untuk mempertahankan "statusnya" sebagai
seorang musafir yang menurut pendapatnya diperbolehkan tidak menjalankan ibadah
puasa, sementara pelayan Kafe berpendapat bahwa belum saatnya berbuka puasa bagi
seorang muslim, meskipun berstatus sebagia musafir. Disisi lain dalam kapasitas
sebagai seorang wakil presiden, Jusuf Kalla dituntut untuk memberi contoh,
akhirnya dalam peristiwa ini Jusuf Kalla bisa menerima syarat atau pendapat
orang lain. Menurut Jusuf Kalla perdebatan tersebut menghasilkan hikmah puasa
yang luar biasa.
Yogyakarta 28 Oktober 2011
Istana S.H. ( MIP UMY )